Sunday, March 20, 2011

Faisal Tehrani - Sesudah Hujan, Dahlia

Sesudah Hujan,Dahlia

Faisal Tehrani


Sesudah hujan menitis pada atas bumbung rumah kita,
Dahlia,
Engkau pun ku bawa bersiram,
di telaga yang penuh lumut hitam,
seperti lendir-lendir kenangan,
yang telah kita harungi bersama

Inikan tempat mencuci Balsam,
keldai tua kita,
ini juga takungannya memberi seisi desa,
minum kala hujan sedikit segan,
sekarang di sini aku membasuh
gaun putihmu yang berbasah darah itu

dan pada subuh mereka mendatangi kita
melepaskan titik-titik peluru berjuraian
lebat dan keras
aku sudah pun tahu
aku bakal kehilanganmu

jangan nangis, Dahlia
sesudah hujan kita akan pergi
meski di sana nanti,
tiada perigi untuk mencuci luka ini

Sempena perjuangan kita
Senyumlah kembali



Untuk puisi Faisal Tehrani, saya hanya menyukai puisi ini sahaja. Yang lain langsung tidak berkenan di hati saya. Dalam puisi ini saya merasai kesakitan dan pedih akibat perang walau lewat bait kata.

Saturday, March 19, 2011

T Alias Taib - Pertemuan

Tidak susah untuk aku jatuh cinta pada puisi ini. Seperti cinta pandang pertama. Nyala, marak.


T Alias Taib – Pertemuan

Pertemuan berlaku

di penjuru matamu

yang ungu

lalu membiru


Pertemuan berlalu

di penjuru dadaku

yang sayu

lalu terharu


T.Alias Talib

Kuala Terengganu, 1974

Friday, March 18, 2011

Zurinah Hassan - Laut Membiru Bagai Surat Rindu

Laut Membiru Bagai Surat Rindu

Zurinah Hassan


Laut adalah suara rindu yang biru
awan yang jauh membawa resahku
ombak di pasir mengukir namamu
tapi angin lalu menyapu

Kapal pun telah berangkat
bersama arus kehidupan
yang mempertemu dan memisahkan kita
rinduku pun jatuh
pada pulau yang jauh

Ombak yang tidak putus bersuara
dan pantai yang menanti sentiasa
seperti aku yang terus membaca
puisi-puisi setia



Ada peristiwa di sebalik teks ini. Ya, masa ini kita kenal lawan atau lawan. Siapa pengecut siapa wira. Hanya satu puisi bisa mencetuskan kontroversi yang bukan sedikit. Saya tidak sedih untuk kehilangan disebabkan puisi ini. Tetapi saya sedih, kerana saya baru sedar, bayang-bayang siapa yang saya bersahabat selama ini.


Saturday, March 5, 2011

Anwar Ridhwan - Tercipta Dari Tanah

Anwar Ridhwan – Berbagi Duka


Kudengar patrum mendedas dari senapang

Menceritakan luka sebuah hutan


kulihat pukat diturunkan

Meriwayat riba sebuah lautan


Ku dengar sesuatu melengking

antara tikton dan jarum jam


Kupelihara kalian, burung-burungku

(disangkar ini)

Kupelihara kalian, ikan-ikan karang

(di akuarium ini)

kupelihara diriku disini


Apakah yang lebih membahagiakan kita

selain berbagi duka

kau sepertiga, kau sepertiga, aku sepertiga

di dunia kita bertiga.



Anwar Ridhwan - Tercipta Dari Tanah